Mencapai proses pembelajaran
matematika yang sesuai dengan harapan guru maupun siswa tentu tidak mudah. Pembelajaran
tersebut menuntut guru lebih inovatif. Guru harus dapat berpikir induksi dan
deduksi secara bergantian sesuai dengan materi pembelajaran. Induksi merupakan
proses berfikir didalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian atau
peristiwa dan hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus untuk menyimpulkan
pengetahuan yang lebih umum. Deduksi merupakan proses pemikiran
didalam akal kita dari pengetahuan yang umum untuk menyimpulkan pengetahuan
yang lebih khusus atau proses berfikir dari hal ynag bersifat umum menuju pada
hal yang bersifat khusus. Perbedaan dari kedua
penalaran tersebut adalah penalaran deduksi memberlakukan prinsip-prinsip umum
untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induksi
menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi
yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Kedua penalaran tersebut
sama-sama penting, namun tidak dapat digunakan secara bersama-sama, sehingga
guru harus mampu menempatkan cara pikir yang sesuai dengan induksi atau deduksi
secara bergantian.
Pembelajaran inovatif harus memiliki
indikator inovatif itu seperti apa. Metode-metode apa saja yang digunakan dalam
pembelajaran inovatif tersebut. Sehingga jika ada masalah yang dapat menghambat
pembelajaran matematika pasti datangnya dari guru. Penggunaan metode yang salah
pasti akan mempengaruhi proses pembelajaran. Metode yang digunakan pun harus
bervariasi, yaitu dengan menggabungkan metode diskusi, latihan, praktek kerja,
refleksi dll. Metode-metode tersebut memiliki kriteria agar memperoleh hasil yang
tepat sasaran. Seperti halnya metode diskusi, guru sebaiknya membuat kriteria
atau acuan agar proses diskusi tidak menyimpang jauh dengan materi ajar. Saat
ini banyak guru yang mengaku sudah menggunakan metode diskusi dengan baik.
Namun semua guru yang mengaku menggunakan metode diskusi tidak satupun
menggunakan metode sesuai kriteria atau acuan yang ada. Ketika siswa berdiskusi
sebaiknya guru memberi kesempatan untuk membiarkan siswa bertukar pendapat
dengan kelompoknya. Itu juga merupakan tindakan sopan santun terhadap anak
didik, sehingga siswa merasa dihargai keberadaannya. Untuk membantu
menginovasikan pembelajaran tersebut, membaca berbagai variasi buku dan mencari
refrensi sangat bermanfaat sebagai tambahan ilmu dalam menunjang proses
pembelajaran.
Pembelajaran inovatif juga
memerlukan adanya intuisi. Intuisi itu merupakan pemahaman atau pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan dan tidak bisa
didefinisikan baik kapan mulai dan seperti apa, jelas begitu saja melalui
komunikasi material. Baik seorang anak maupun orang tua memiliki intuisi. Intuisi
milik semua kalangan yang harus dikembangkan. Intuisi memiliki peran yang
sangat penting dalam proses pembelajaran yang inovatif, yaitu dapat mempercepat,
efisien, produktif, dan menyenangkan. Ada bebrapa macam intuisi, yaitu intuisi
ruang, intuisi waktu, intuisi jarak, intuisi kebendaan dan intuisi kedalaman. Bingung
adalah salah satu contoh kehilangan intuisi ruang. Intuisi diperoleh dari pergaulan
melalui interaksi dengan lingkungan, keluarga, benda dll. Intuisi terdapat
dalam hati, pikiran, ucapan dan tindakan. Dengan intuisi hati maupun pikiran
yang baik maka akan menghasilkan ucapan maupun tindakan yang baik pula. Namun yang
memprihatikan, saat ini banyak guru yang merampas intuisi siswa dengan royal, dengan
menghambur-hamburkan definisi matematika. Contoh kongkrit dalam matematika
sudah merupakan intuisi bagi siswa sekolah dasar. Untuk itu, guru sebaiknya
menggunakan contoh-contoh kongkrit yang ada di lingkungan sekitar sehingga mudah
diterima siswa. Siswa juga diajarkan untuk mandiri. Maksudnya belajar dengan
cara sendiri, pengetahuan yang diperoleh sesuai apa yang diserap, sehingga
memiliki gagasan sendiri dalam materi yang dipelajarinya tersebut.
Selain menjadi seorang guru bagi anak-anak
didiknya, guru juga harus berperan penting dalam dunia pendidikan dan
lingkungan masyarakat. ilmu yang telah diperoleh akan lebih bermanfaat jika
dapat dibagi dengan orang lain. Seperti halnya mengikuti seminar atau
semacamnya. Guru yang dapat mengabdikan diri untuk pendidikan tentunya akan
dapat dihargai pula oleh siswanya.
Semua pengetahuan dan cara untuk
membuat pembelajaran yang inovatif tersebut tentu tidak akan berjalan dengan
baik tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Untuk berkomunikasi yang
baik butuh pengalaman berbicara di depan umum, pengalaman di berbagai forum.
Guru yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswa tentu akan dapat
menyesuaikan gaya bahasa maupun gaya bicaranya. Sehingga siswa mampu menangkap
pembelajaran dengan baik.
Setelah dapat menerapkan sistem
pembelajaran yang inovatif dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
berkomunikasi dengan baik, guru dapat menjadi guru yang hakiki sehingga
siswanya pun hakiki. Tidak hanya guru yang sebagai pegawai negeri saja yang
hanya mengikuti kebijakan pemerintah, namun juga dapat menjadi guru yang dapat
membuat perubahan di dunia pendidikan. Dari itu saya menyimpulkan bahwa
perubahan ke arah yang lebih baik itu penting. “change your mind, then change it again, because nothing is permanent”.
Terus berinovasi untuk mendapat hasil yang lebih baik lagi dan menjadi guru
yang hakiki untuk siswa yang hakiki.
No comments:
Post a Comment