2013-03-12

refleksi (3) : Kunci Sukses Pembelajaran Metemetika ada pada Guru


Mencapai proses pembelajaran matematika yang sesuai dengan harapan guru maupun siswa tentu tidak mudah. Pembelajaran tersebut menuntut guru lebih inovatif. Guru harus dapat berpikir induksi dan deduksi secara bergantian sesuai dengan materi pembelajaran. Induksi merupakan proses berfikir didalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian atau peristiwa dan hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum. Deduksi merupakan proses pemikiran didalam akal kita dari pengetahuan yang umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus atau proses berfikir dari hal ynag bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Perbedaan dari kedua penalaran tersebut adalah penalaran deduksi memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induksi menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Kedua penalaran tersebut sama-sama penting, namun tidak dapat digunakan secara bersama-sama, sehingga guru harus mampu menempatkan cara pikir yang sesuai dengan induksi atau deduksi secara bergantian.
Pembelajaran inovatif harus memiliki indikator inovatif itu seperti apa. Metode-metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran inovatif tersebut. Sehingga jika ada masalah yang dapat menghambat pembelajaran matematika pasti datangnya dari guru. Penggunaan metode yang salah pasti akan mempengaruhi proses pembelajaran. Metode yang digunakan pun harus bervariasi, yaitu dengan menggabungkan metode diskusi, latihan, praktek kerja, refleksi dll. Metode-metode tersebut memiliki kriteria agar memperoleh hasil yang tepat sasaran. Seperti halnya metode diskusi, guru sebaiknya membuat kriteria atau acuan agar proses diskusi tidak menyimpang jauh dengan materi ajar. Saat ini banyak guru yang mengaku sudah menggunakan metode diskusi dengan baik. Namun semua guru yang mengaku menggunakan metode diskusi tidak satupun menggunakan metode sesuai kriteria atau acuan yang ada. Ketika siswa berdiskusi sebaiknya guru memberi kesempatan untuk membiarkan siswa bertukar pendapat dengan kelompoknya. Itu juga merupakan tindakan sopan santun terhadap anak didik, sehingga siswa merasa dihargai keberadaannya. Untuk membantu menginovasikan pembelajaran tersebut, membaca berbagai variasi buku dan mencari refrensi sangat bermanfaat sebagai tambahan ilmu dalam menunjang proses pembelajaran.
Pembelajaran inovatif juga memerlukan adanya intuisi. Intuisi itu merupakan pemahaman atau pengetahuan  yang tidak bisa dijelaskan dan tidak bisa didefinisikan baik kapan mulai dan seperti apa, jelas begitu saja melalui komunikasi material. Baik seorang anak maupun orang tua memiliki intuisi. Intuisi milik semua kalangan yang harus dikembangkan. Intuisi memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran yang inovatif, yaitu dapat mempercepat, efisien, produktif, dan menyenangkan. Ada bebrapa macam intuisi, yaitu intuisi ruang, intuisi waktu, intuisi jarak, intuisi kebendaan dan intuisi kedalaman. Bingung adalah salah satu contoh kehilangan intuisi ruang. Intuisi diperoleh dari pergaulan melalui interaksi dengan lingkungan, keluarga, benda dll. Intuisi terdapat dalam hati, pikiran, ucapan dan tindakan. Dengan intuisi hati maupun pikiran yang baik maka akan menghasilkan ucapan maupun tindakan yang baik pula. Namun yang memprihatikan, saat ini banyak guru yang merampas intuisi siswa dengan royal, dengan menghambur-hamburkan definisi matematika. Contoh kongkrit dalam matematika sudah merupakan intuisi bagi siswa sekolah dasar. Untuk itu, guru sebaiknya menggunakan contoh-contoh kongkrit yang ada di lingkungan sekitar sehingga mudah diterima siswa. Siswa juga diajarkan untuk mandiri. Maksudnya belajar dengan cara sendiri, pengetahuan yang diperoleh sesuai apa yang diserap, sehingga memiliki gagasan sendiri dalam materi yang dipelajarinya tersebut.
Selain menjadi seorang guru bagi anak-anak didiknya, guru juga harus berperan penting dalam dunia pendidikan dan lingkungan masyarakat. ilmu yang telah diperoleh akan lebih bermanfaat jika dapat dibagi dengan orang lain. Seperti halnya mengikuti seminar atau semacamnya. Guru yang dapat mengabdikan diri untuk pendidikan tentunya akan dapat dihargai pula oleh siswanya.
Semua pengetahuan dan cara untuk membuat pembelajaran yang inovatif tersebut tentu tidak akan berjalan dengan baik tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Untuk berkomunikasi yang baik butuh pengalaman berbicara di depan umum, pengalaman di berbagai forum. Guru yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswa tentu akan dapat menyesuaikan gaya bahasa maupun gaya bicaranya. Sehingga siswa mampu menangkap pembelajaran dengan baik.
Setelah dapat menerapkan sistem pembelajaran yang inovatif dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan berkomunikasi dengan baik, guru dapat menjadi guru yang hakiki sehingga siswanya pun hakiki. Tidak hanya guru yang sebagai pegawai negeri saja yang hanya mengikuti kebijakan pemerintah, namun juga dapat menjadi guru yang dapat membuat perubahan di dunia pendidikan. Dari itu saya menyimpulkan bahwa perubahan ke arah yang lebih baik itu penting. “change your mind, then change it again, because nothing is permanent”. Terus berinovasi untuk mendapat hasil yang lebih baik lagi dan menjadi guru yang hakiki untuk siswa yang hakiki.

No comments:

Post a Comment