2013-03-20

Refleksi : Video Pembelajaran Matematika SD kelas 2 di Jepang


Hanifah Mustikasari
12108244063
PGSD 2012 / 2F
            Sistem pembelajaran Matematika di Jepang memang sudah lebih maju dari Indonesia. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penayangan video proses pembelajaran matematika SD kelas 2 di Jepang pada perkuliahan PGSD kelas 2F tanggal 7 maret 2013. Dalam video tersebut terlihat bahwa pembelajaran matematika di Jepang memang sangat terkonsep, inovatif dan siswanya pun sangat aktif.
            Metode pembelajaran inovatif bermacam-macam, salah satunya adalah metode diskusi. Di Jepang telah menerapkan metode tersebut pada anak SD kelas 2. Dengan dibantu 2 orang guru (team teaching), siswa belajar materi perkalian. Guru pertama bertugas pembuat Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP), guru yang lain memberikan pengarahan di depan kelas tentang materi yang akan didiskusikan. Guru menggunakan media pembelajaran atau LKS berupa tabel angka. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan apersepsi, kemudian memberikan pengarahan tentang materi yang akan dipelajari. Setelah pengarahan, siswa mulai berdiskusi dengan kelompok masing-masing. Tugas siswa disini adalah menemukan pola-pola perkaliannya sendiri sesuai hasil diskusi mereka. Ternyata, kelompok satu dengan yang lain memiliki hasil yang berbeda-beda. Dalam diskusi ini, guru mengawasi dan memfasilitasi siswa jika ada siswa yang mengalami kesuliatan maupun meminta pendapat atas hasil yang telah didiskusikan. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan atau menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Sementara itu kelompok lain menaggapi atau mengajukan pertanyaan pada kelompok yang sedang memaparkan hasil diskusinya. Dengan sistem seperti ini, siswa telah berlatih mengutarakan pendapat atau bahkan beradu argument. Siswa yang baru kelas 2 SD sudah mampu mengutarakan pendapatnya dan mempertanggungjawabkan pendapatnya tersebut. Jelas berbeda dengan yang di Indonesia.
            Untuk itu, tidak ada salahnya kita mengadopsi sistem pembelajaran yang ada di Jepang agar generasi muda di Indonesia terlatih untuk lebih kritis dan berani mempertanggungjawabkan pendapatnya. Namun, kita juga harus menyesuaikan kapasitas siswa di Indonesia. Tidak langsung sama sistemnya dengan yang ada di Jepang. Dengan membiarkan siswa memperoleh ilmunya sendiri, maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih terekam dalam ingatannya. 

No comments:

Post a Comment