Hanifah Mustikasari
12108244063
PGSD 2012 / 2F
|
Sistem
pembelajaran Matematika di Jepang memang sudah lebih maju dari Indonesia.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penayangan video proses pembelajaran
matematika SD kelas 2 di Jepang pada perkuliahan PGSD kelas 2F tanggal 7 maret
2013. Dalam video tersebut terlihat bahwa pembelajaran matematika di Jepang
memang sangat terkonsep, inovatif dan siswanya pun sangat aktif.
Metode
pembelajaran inovatif bermacam-macam, salah satunya adalah metode diskusi. Di
Jepang telah menerapkan metode tersebut pada anak SD kelas 2. Dengan dibantu 2
orang guru (team teaching), siswa
belajar materi perkalian. Guru pertama bertugas pembuat Rancangan Perencanaan
Pembelajaran (RPP), guru yang lain memberikan pengarahan di depan kelas tentang
materi yang akan didiskusikan. Guru menggunakan media pembelajaran atau LKS
berupa tabel angka. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan apersepsi,
kemudian memberikan pengarahan tentang materi yang akan dipelajari. Setelah
pengarahan, siswa mulai berdiskusi dengan kelompok masing-masing. Tugas siswa
disini adalah menemukan pola-pola perkaliannya sendiri sesuai hasil diskusi
mereka. Ternyata, kelompok satu dengan yang lain memiliki hasil yang
berbeda-beda. Dalam diskusi ini, guru mengawasi dan memfasilitasi siswa jika
ada siswa yang mengalami kesuliatan maupun meminta pendapat atas hasil yang
telah didiskusikan. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok tampil di depan
kelas untuk mempresentasikan atau menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.
Sementara itu kelompok lain menaggapi atau mengajukan pertanyaan pada kelompok
yang sedang memaparkan hasil diskusinya. Dengan sistem seperti ini, siswa telah
berlatih mengutarakan pendapat atau bahkan beradu argument. Siswa yang baru
kelas 2 SD sudah mampu mengutarakan pendapatnya dan mempertanggungjawabkan
pendapatnya tersebut. Jelas berbeda dengan yang di Indonesia.
Untuk itu,
tidak ada salahnya kita mengadopsi sistem pembelajaran yang ada di Jepang agar
generasi muda di Indonesia terlatih untuk lebih kritis dan berani
mempertanggungjawabkan pendapatnya. Namun, kita juga harus menyesuaikan
kapasitas siswa di Indonesia. Tidak langsung sama sistemnya dengan yang ada di
Jepang. Dengan membiarkan siswa memperoleh ilmunya sendiri, maka pengetahuan
yang diperoleh siswa akan lebih terekam dalam ingatannya.
No comments:
Post a Comment