Pembelajaran inovatif, hal itu yang
selalu ditekankan oleh Bapak Marsigit di setiap mata kuliah matematika
berlangsung. Pada pertemuan ke-5 tanggal 14 maret 2013 kemarin, Beliau
memaparkan peneliatiannya tentang pembelajaran inovatif di negara Australia dan
Jepang. Memang jelas terlihat sistem pembelajaran disana lebih maju dari
Indonesia.
Semua yang ada dalam kehidupan
memiliki tingkatan masing-masing, begitu pula matematika. Tingkatan dalam
matematika yaitu konkret material, konkret formal, normatif dan yang paling
tinggi spiritual. Spiritual ditempatkan pada tingkatan yang paling tinggi
karena apapun agama maupun pekerjaannya harus memiliki nilai ibadah. Tanpa
adanya nilai spiritual atau ibadah tersebut, maka tidak ada landasan yang
dipakai atau acuan yang akan dituju sebagai tujuan tertinggi. Tanpa adanya
tujuan, motivasi untuk menjadi lebih baik dan berkembang tidak ada pula.
Sehingga kehidupan akan terasa datar, dan mengalami stucknasi.
Pengembangan pola pikir tersebut
juga perlu disaring. Maksudnya tidak semua ilmu yang ada itu dapat
mengembangkan pola pikir seseorang ke arah yang lebih baik. Dalam matematika,
saringan pola pikirnya menggunakan saringan geometris. Sehingga menghasilkan
dua bentuk lingkaran dan garis lurus. Kedua bentuk itu saling berkaitan.
Lingkaran jika ditarik garis lurus akan membentuk spiral. Setiap titik spiral
terdapat 3 macam komponen yaitu mendetail, membesar, dan spesifik. Hal itu
dapat mengibaratkan hakikat hidup. Spiral tersebut merupakan jejak bumi mengelilingi matahari. Bumi tidak
pernah menempati tempat yang sama. Begitu pula dengan pembelajaran matematika
harus terus mengalami perubahan atau inovasi-inovasi baru. Metode tersebut juga
dapat diterapkan dalam kehidupan. Metode itu disebut metode hermenitika, yaitu
menerjemahkan dan diterjemahkan. Maksudnya, untuk dapat mengerti apa yang
menjadi kebutuhan siswa dan situasi serta kondisi saat itu, guru perlu
menerjemahkan siswa, siswa menerjemahkan matematika apapun bentuk matematikanya.
Pembelajaran yang inovatif juga
memerlukan inisiatif dan kreatifitas. Matematika dapat pula diibaratkan sebagai
gunung berapi. Untuk mencapai puncak gunung, dibutuhkan banyak cara untuk
mendaki dunung tersebut. Tidak bisa hanya dengan satu cara, misal dengan
melompat begitu saja dapat mencapai puncak, pasti sangat sulit. Namun jika yang
mendaki itu adalah orang yang sudah dewasa atau berpengalaman sudah pernah
mencapai puncak gunung tersebut pasti akan lebih mudah mendaki kembali. Orang
dewasa dalam hal ini guru yang tau sopan santun itu pasti turun ke bawah untuk
menjemput siswa-siswa SD. Sehingga siswa tau bagaimana cara-cara untuk mencapai
titik puncak gunung dari orang yang telah berpengalaman dan tau situasi dan
kondisi gunung tersebut. Gunung berapi pasti mengeluarkan material-material
yang dapat dimanfaatkan. Material tersebut harus diolah, dipilih, dan mengalami
penambahan kandungan agar lebih bermanfaat. Begitu pula matematika murni, harus
diolah agar dapat diterima dengan baik oleh siswa SD. Untuk siswa SD
menggunakan matematika konkret atau lebih tinggi tingkatannya yaitu model
konkret.
Siswa akan lebih mudah mempelajari
matematika jika guru memberikan perkenalan awal materi kepada siswa. Sehingga
siswa dapat menyiapkan mental maupun fisik untuk memulai belajar matematika.
Siswa yang tidak siap belajar matematika akan mengalami gejolak yang dapat
membuat stres siswa tersebut. Guru sebaiknya juga membuat simulasi mengajar
dengan benda-benda konkret di lingkungan sekitar. Dimulai dari dunia nyata,
pembentukan skema, kemudian pengembangan pengetahuan, dan yang terakhir format
abstrak. Sebagai contoh, simulasi materi pecahan. Dalam dunia nyata menggunakan
kue yang dibagi bagi yang kemudian dikembangkan hingga ke format abstrak.
Banyak benda-benda di sekitar kita
yang berhubungan dengan matematika. Jadi untuk memaksimalkan pembelajaran
matematika, seorang guru harus pintar-pintar dalam mengolah benda-benda konkret
di sekitar sebagai sumber pembelajaran matematika. Sehingga pembelajaran
matematika akan mudah dimengerti oleh siswa-siswa SD.
No comments:
Post a Comment